Minggu, 30 November 2014

Rusia Ajak Indonesia Bangun PLTN, Apa Jawaban Kita...???

Rusia Ajak Indonesia Bangun PLTN, Apa Jawaban Kita...???

Barusan baca berita soal rencana Pemerintah Federasi Rusia menawarkan kerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Kata Sergey Kukushkin, utusan dari Rusia, kerjasama yang ingin dilakukan Pemerintah Federasi Rusia melalui BUMN nya Rusia yaitu Rosatom State Atomic Energy Corporation (Rosatom) bukan sebatas transfer teknologi namun hingga mencakup pembiayaan hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Mereka juga menawarkan solusi yang menyeluruh di bidang ketenaganukliran dari pembangunan PLTN yang paling canggih, paling modern dan paling aman. Juga menawarkan bantuan kerjasama mengembangkan teknologi nuklir sebagai pembangkit.

Pemerintah Rusia juga akan memberikan bantuan pinjaman untuk pembangunan PLTN, bantuan pembiayaan dapat dalam bentuk bantuan kenegaraan, joint venture antara Rosatom dan perusahaan lokal atau konsorsium. Bantuan pembiayaan yang ditawarkan Pemerintah Rusia mencapai 49 persen dari total pembiayaan dari total keseluruhan biaya pembangunan PLTN. Perkiraan biaya dari pembangunan dua blok PLTN dengan kapasitas total hingga 2.400 MW sekitar US$ 8 miliar.

Pembangunan PLTN tersebut membutuhkan biaya investasi yang sangat besar, tetapi pada saat PLTN beroperasi nanti, hanya memerlukan biaya bahan bakar yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit yang lainnya.

Ini baru namanya "Siiiiiip...!!!" mengikuti kemajuan teknologi yang tidak memerlukan minyak yang setiap tahunnya naik terus atau batu bara yang sudah dikuasai oleh para mafia.

Kalau Indonesia dan Rusia bisa bekerjasama seperti ini dan dibidang-bidang lainnya, sepertinya bakal mantap! Dan melihat sifat kedua pemimpin negara-negara ini, Jokowi-Putin, punya kesamaan: Sama-sama "dingin" dan tegas dalam menagmbil keputusan. Kalau sudah A ya A. Tapi sayang sekali, tawaran yang diberikan Pemerintah Federasi Rusia tersebut belum mendapat respon dari Pemerintah Indonesia, katanya Pemerintah Indonesia masih belum memprioritaskan pembangunan PLTN dan saat ini masih pada tahap pengkajian dan penelitian.

Seharusnya kita harus tangkap peluang ini, jangan sampai lepas!! Kapan lagi kita bisa punya listrik murah. Karena sudah saatnya Indonesia punya PLTN, penghalang utama pembangunan PLTN biasanya mafia-mafia batubara yang kawatir mengurangi omset mereka, karena yang jelas bahan baku PLTN lebih murah dari batubara, sehingga biaya listrik jauh lebih murah dengan harapan tarif listrik juga murah.

Sekarang ini beberapa negara-negara yang memiliki teknologi nuklir antara lain: Israel, India, Pakistan, Iran dan mungkin lebih banyak. Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan mereka. Walaupun sekarang masih dalam tahap penelitian, sudah seharusnya segera masuk tahap penerapan. Dengan demikian pengembangan kemandirian teknologi nuklir kedepan akan lebih baik lagi karena adanya pengalaman dalam penerapannya.

Bagi yang ketakutan akan bahaya gempa di lokasi PLTN, ingat waktu gempa di bantul beberapa tahun yang lalu, tidak menimbulkan kerusakan reaktor riset yang di Jogja yang mengakibatkan paparan radioaktif. Padahal itu buatan tahun 60-an. Lokasi yang aman memang penting, tapi jangan sampai ketakutan akan bahaya nuklir malah menghambat pembangunan PLTN di negara ini. Kita sudah belajar tentang reaktor nuklir sejak tahun 1966.

Indonesia sudah mengajari Korea Selatan tentang cara mengelola reaktor nuklir. Tapi justru Korea Selatan-lah yang sudah punya PLTN. Jadi, sudah saatnya kita mempunyai PLTN untuk mengganti PLTU dan PLTD yang banyak terdapat di Indonesia serta menyediakan energi dengan harga terjangkau bagi rakyat di negara ini.

Ingat !!!
Indonesia ibarat cewek cantik yang semakin menarik minat Investor luar negeri untuk datang dan menanamkan modalnya di sini. Sekarang tinggal kita bisa atau tidak, mau atau tidak memanfaatkannya untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Negara lain saja bisa, Indonesia juga harus bisa...!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar