Jumat, 26 Juli 2013

JURUS AMPUH MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS INDONESIA

Macet,jpg
CARA JEPANG MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS
Indonesia harus bisa mencontohnya !!


Penyebab terbesar kemacetan adalah peningkatan volume kendaraan yang tidak diimbangi dengan sarana jalan yang ada. Artinya kalau tidak ingin macet, pilihannya adalah menambah sarana jalan atau mengontrol peningkatan volume kendaraan. Dan jika meninjau dari keterbatasan lahan yang ada, rasanya pilihan nomer dua lebih feasible untuk diimplementasikan.

Berikut adalah cara yang dilakukan Jepang untuk mengontrol peningkatan volume kendaraannya. Mudah-mudahan bisa diterapkan di Indonesia suatu saat nanti.

Pembatasan tingkat emisi pada setiap kendaraan.

sticker sertifikasi uji emisi

Di kaca depan setiap mobil di Jepang, ditempeli sticker sertifikasi uji emisi dengan batas waktu masa berlakunya. Jika lewat masa berlakunya maka polisi berhak menilang. Uji emisi ini dilakukan secara berkala. Biasanya waktu uji emisi pertama adalah 3 tahun setelah membeli mobil, kemudian setiap dua tahun setelah itu. Uji emisi ini dilakukan oleh perusahaan swasta yang tersertifikasi di Jepang. Hasil uji emisi berupa data tingkat emisi yang dikeluarkan mobil kita dan daftar suku cadang yang harus diganti untuk mengembalikan performa mobil ini dengan tingkat emisi yang diperbolehkan.

Untuk mendapatkan sertifikat uji emisi, semua suku cadang dalam daftar tersebut harus diganti. Biasanya ini memakan biaya yang cukup mahal yang untuk beberapa kasus biayanya melebihi biaya jika membeli mobil baru. Pada saat itulah orang membuang mobil lamanya dan mengganti dengan yang baru. Dengan begitu, bertambahnya satu unit mobil baru di jalan diimbangi dengan berkurangnya satu unit mobil tua di jalan. hasilnya jumlah mobil di jalan konstan.

Pengaturan pajak

vehicle tax

Semakin tua sebuah kendaraan maka pajak yang harus dibayar menjadi lebih tinggi. Hal ini mengacu pada tingkat emisi yang dikeluarkan kendaraan ini. Semakin tua sebuah kendaraan maka produksi emisinya menjadi lebih tinggi dan berkontribusi lebih besar dalam mengotori lingkungan, hal ini yang menyebabkan nilai pajaknya yang lebih tinggi.

Hal ini juga membuat orang lebih memilih punya mobil baru karena malas bayar pajak yang tinggi. Seperti halnya poin pertama, pertanyaannya adalah "lalu mobil lamanya di kemanakan...?", "dibuang kah...?? dibuang kemana...?"

Untuk yang kondisinya masih baik bisa dijual lagi dengan harga yang tentunya lebih murah dan si pembeli pun harus bersiap-siap membayar pajak yang cukup tinggi. Untuk yang kondisinya sudah jelek, mobil ini dihancurkan kemudian di recycle.

automobile recycling

FYI, untuk menghancurkan mobilnya si pemilik pun harus mengeluarkan biaya lagi, membuat orang semakin malas punya mobil sendiri.

Parkir mahal

japan parking system

Untuk parkir di apato (apartemen tempat orang jepang biasa tinggal) biaya parkir perbulan biasanya mencapai ¥20.000 sampai ¥25.000. Jika dikonversi ke rupiah sekitar Rp2,5 juta sampai Rp3 juta per bulan.

Di tempat-tempat umum seperti mall, bandara, dan sebagainya biasanya parkir menggunakan system coin yang dihitung perjam. Biasanya biaya yang diperlukan sekitar ¥200 per jam. Jika dikonversi ke rupiah sekitar Rp25.000 rupiah perjamnya. Walaupun ada juga tempat-tempat yang digratiskan untuk parkir biasanya di kantor dan di tempat umum yang tidak terlalu besar seperti convenience store, restoran-restoran kecil, dan lain-lain.

Biaya tol mahal

Japan toll road

Biaya yang diperlukan saat lewat satu gerbang tol sekitar ¥900 - ¥1.000. Jika dikonversi ke rupiah sekitar Rp100.000. Kalau bepergian cukup jauh biasanya melewati 2 sampai 3 kali gerbang tol.

Misalkan kita dari rumah ingin mengantar pulang teman ke Narita. Kemudian karena suatu hal kita harus mampir ke apato teman di Funabashi shi Chiba Ken, baru kemudian kembali lagi ke rumah di Fujisawa Shi Kanagawa Ken. Seharian itu ongkos tol yang dikeluarkan sekitar ¥10.000, jika dikonversi ke rupiah berarti sekitar Rp1.000.000 hanya untuk biaya tol pada hari itu.

Sarana transportasi umum yang baik

shinkansen

Dari semua uraian di atas, point inilah yang memang jadi kuncinya. Sarana transportasi umum seperti bus dan kereta api yang nyaman, teratur, informatif, selalu tepat waktu dan relatif murah membuat orang cenderung memilih menggunakannya dibandingkan punya kendaraan sendiri.

Kereta datang setiap 5 menit sekali dan tepat waktu. Di stasiun, di dalam kereta, di internet kita bisa dengan mudah mengakses informasi rute untuk mencapai suatu tempat lengkap dengan estimasi waktu dan biaya yang diperlukan. Biaya yang diperlukan pun relatif lebih murah.

Biaya untuk rute terjauh "Odakyu-Line" misalkan berangkat dari shinjuku station sampai di enoshima station adalah ¥610, kalau dikonversi sekitar Rp65.000. Padahal shinjuku dan enoshima berada di provinsi yang berbeda. Jauh lebih mudah dan murah dari pada menggunakan mobil pribadi.

Selain itu, bahan bakar disana juga lumayan mahal. Di tambah lagi sarana transportasi yang telah di sediakan, di setiap sudut kota ada stasiun kereta yang begitu nyaman dengan fasilitas yang bagus semakin membuat orang Jepang lebih memilih naik kereta. Kalau mau ke tempat-tempat yang dekat, kalau di Indonesia naik motor, kalau disana jalan kaki atau naik sepeda, karena suasananya juga sangat mendukung, sehat lah pokoknya.

Sudah seharusnya Indonesia mencontoh negara-negara maju seperti Jepang.
  • Yang namanya uji emisi, sepertinya sudah hilang ditelan bumi. Kenapa...???
  • Yang namanya pajak, semakin tua kendaraan malah semakin murah. Kenapa...???
  • Yang namanya parkir, paling bayar 2.000 ribu sampai 3.000 ribu doank. Hmmm.....
  • Yang namanya tol, di Indonesia masih termasuk dalam kategori murah.
  • Transportasi umum, nggak ada kenyamanannya sama sekali. Why...???

Jadi kesimpulannya adalah, untuk membatasi volume kendaraan, cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan biaya operasional penggunaan mobil pribadi yang hasilnya bisa dijadikan pendapatan negara, dan membuat sarana transportasi umum yang memadai yang membuat orang nyaman saat mengendarainya.

Lantas bagaimana caranya membuat transportasi di Indonesia bisa seperti ini? Setidaknya mengurangi masalah kemacetannya. Semoga saja Indonesia bisa meniru kedisiplinan dan ketertiban dari masyarakat disana, karena semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Percuma diberi fasilitas bagus tapi tidak kita rawat. Tantangan untuk kita para generasi muda untuk menyelesaikannya demi masa depan bangsa tercinta Indonesia yang lebih baik.

Semoga Indonesia ke depan bisa lebih baik. Any Idea...?

- sumber [1][2], dengan sedikit perubahan -



Tidak ada komentar:

Posting Komentar